
Sobat,  mungkin ini teguran dari Allah atau azab buat kita, manusia yang sering  banget ngelanggar aturan-Nya. Sehingga muncullah virus yang sangat  ditakuti oleh tiap manusia. Ya, virus itu bernama HIV yang menjadikan  seseorang menderita penyakit AIDS. Virus HIV yang merupakan kepanjangan  dari Human Immuno-deficiency Virus dan AIDS kepanjangan dari Acquired  Immuno Deficiency Syndrome merupakan virus yang amat sangat berbahaya  bagi kelangsungan hidup manusia. Terlebih buat  yang suka gaul bebas. Virus yang nyatanya menyerang anti body (sel  darah putih) manusia ini ga bisa diobati untuk selamanya, kalo udah  masuk ke dalam tubuh. Perlu sobat tahu sedikit bahwa selang sehari  setelah hari AIDS sedunia Desember kemaren, Gerakan Pelajar DKI Jakarta  (GPJ) mengadakan aksi simpatik berupa longmarch. Dalam press releasenya  GPJ menyoroti penyebaran virus HIV/AIDS makin menggurita hingga mencapai  3.000 pada tahun 2007 (kabarindonesia.com). Memang, aksi tersebut  merupakan secuil aja dari rangkaian opini pentingnya pencegahan  HIV/AIDS. Mencegah lebih baik daripada mengobati bukan? Kalo sembuh sih  gak apa-apa dan wajar. Lah kalo nggak?! Trus, salah satu opini yang  didengungkan tentang pencegahan HIV/AIDS adalah pada prinsipnya dapat  dilakukan dengan cara mencegah hubungan seksual secara bebas. Kenapa?  Soalnya penularan virus mematikan ini menurut penelitian paling banyak  dinjeksi melalui hubungan seksual. So menurut mereka, penularan HIV bisa  dicegah dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual. Pake kondom, dan  mencegah penggunaan jarum suntik yang berulang-ulang. Apa itu cukup??….
Coba deh sobat mikir sejenak. Memang benar, HIV itu muncul dari  orang-orang yang suka gaul bebas dan gila berupa hubungan seks! Apalagi  suka gonta-ganti pasangan (waduh…). Sedangkan pemakaian jarum suntik  yang berulang, sering banget dijumpai ama pengguna narkoba yang  beramai-ramai. Udah tau gitu masih aja ngedrugs, wong beli jarum suntik  aja ga mampu. Capek deh. Bisa dikatakan, yang make narkoba tuh udah ga  punya duit. So mereka “joinan” untuk melaksanakan hasrat dan  kecenderungan ngonsumsi narkoba. Eeh, udah kecanduan, ternyata positif  HIV. Istilahnya sudah jatuh tertimpa rumah (gubrak..!!). Dari pemikiran  kita nih, solusi yang diopinikan ama organisasi di atas sebenarnya ga  akan mampu nyelesein masalah HIV-AIDS yang ada. Karena masih bersifat  tambal sulam, ga beresin problem yang muncul secara tuntas. Soalnya,  akar dari problem berupa pergaulan bebas dan penggunaan narkoba masih  belum tersentuh. Nah sobat, dua hal yang kita ungkap tadi moga bisa micu  adrenalin kita untuk terus ngebaca buletin yang cakep ini. Ehm gimana?  Enaknya sekarang kembali ke pembahasan HIV-AIDS, monggo dibaca  kelanjutan kisahnya di bawah ini.
Petualang Sejati
Suatu perjalanan mengesankan pasti jadi idaman setiap insan. Seperti  tamasya atau rekreasi. Tapi hal itu hanya terasa pada dirinya, bukan  orang lain. Mereka akan bisa merasakan jika kita menceritakan dengan  baik apa yang kita rasakan. Tetapi jarang sekali suatu perjalan panjang  ga melelahkan. Hanya seseorang yang handal dan berstamina yang bisa  menjadi petualang sebenarnya. Apalagi menjadi sorotan dunia. Seperti  itulah HIV/AIDS. Sebuah penyakit yang udah mampu menjadi sorotan utama.  Perlukah kita acungkan jempol dua padanya. Dan patutkah? (ouw, just a  moment please). Sebelum mengarah kesana, paling ngga kita kudu tahu asal  muasal virus ini muncul di dunia. Nah, asal mula HIV-AIDS emang ga  jelas. Menurut perkiraan HIV melakukan ‘perjalanan’ pertama kali di San  Fransisco pada seorang gay tahun 1981 (djong.org). Pendapat lain yang  dirilis di sebuah situs resmi milik Departemen Kesehatan menyebutkan,  pada tahun 1969 dilaporkan bahwa di sub-Sahara Afrika ditemukan darah  yang pada tahun 1950 terbukti positif HIV. Kemungkinan yang ketiga yaitu  pada tahun 1980 dilaporkan di Amerika, bahwa darah tahun 1969 positif  (depkes.go.id). Pada akhirnya, disepakati tanggal 5 Juni 1969 sebagai  awal mula kasus HIV/AIDS muncul. Walhasil sobat, di tahun 1983 virus HIV  berkunjung ke Indonesia dan terdeteksi oleh Dr. Zubairi dalam tubuh 2  waria yang terinfeksi. Tahun 1990 DepKes menyebutkan infeksi HIV di  Indonesia ada 9 kasus. Tahun 1991 ada 18 kasus, 1992 ada 28 kasus, 1993  ada 137 kasus, 1994 ada 257 kasus, 1995 ada 364 kasus, 1996 ada 449  kasus dengan kelompok terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%), kelompok  wanita 27%. Kelompok usia produktif (15-19) mencapai 87%. Bahkan di  tahun 1997 ada 619 kasus infeksi HIV. Ngomong-ngomong sobat, ini hanya  catatan resmi, sedangkan masih banyak orang yang belum terdeteksi.  Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan menembus  angka 1 juta kasus pada tahun 2005. Ini Indonesia punya lho…. Trus kalo  dunia gimana? Lain lagi ceritanya bro. Menurut UNAIDS sampe dengan akhir  1995, jumlah ODHA (Orang terkena HIV/AIDS) di dunia telah mencapai 28  juta. 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari aja  terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang (djong.org). Sejumlah 5,8 juta  orang telah meninggal. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Ingat sobat ini bukan dinosaurus, ini manusia lho. Yup, jutaan nyawa  udah melayang. Akibat HIV/AIDS. Virus ini telah menjadi penyebab  kematian utama di AS, Afrika, dan Thailand. Lalu, pola infeksi secara  global sekitar 90% kasus ada di negara berkembang. Cukup menjadi  perhatian dunia. Tapi, ga usah silau dengan gemilangnya penyebaran  HIV/AIDS. Sebenarnya HIV/AIDS itu ga ada hebatnya, kalo ga ada dukungan  dari perbuatan manusia yang menyimpang, khususnya seks bebas. Ya,  perbuatan manusia ini udah jauh menyimpang dari akal sehat. Intinya  HIV-AIDS adalah “hadiah” yang pasti kita dapat dengan sendirinya. Kalo  kita nerusin pola hidup dengan gaul yang ga sehat. Iya kan..
Sadarilah!!
AIDS belum ada obat penyembuhnya dan vaksin pencegahnya. AIDS bisa  menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Manusia yang mempunyai risiko  tertinggi adalah homoseksual, heteroseksual, promiskuitas, pengguna  jarum suntik dan petualang free seks. Sesungguhnya jalan keluar yang  selama ini kita lihat di iklan TV, aksi simpatik, koran, majalah, dan  lainnya, belum mengena. Solusi tadi ga akan bisa mencegah bahkan ga  mungkin mampu mengurangi kasus HIV. Berapa banyak tema seminar setiap  tahun dilontarkan. Dan hasilnya menjadi bahan penelitian bertahun-tahun,  tapi faktanya penderita positif HIV makin bertambah berkali-kali lipat.  Solusi setia dengan pasangan ternyata juga ga membawa hasil. Apalagi  pencegahan penggunaan jarum suntik berulang oleh pemakai narkoba. Solusi  kuno, yang seolah-olah para penggunanya, masih aja sengaja  dipersilahkan makai narkoba. Asal jarumnya steril. Sama saja kita  mengeluarkan mereka dari sarang harimau dan memasukkan mereka ke sarang  buaya. Wah dedel duwel tuh. Inilah kenyataannya. Belum lagi opini  pelegalan pergaulan bebas. Iklan di media seakan-akan menyiarkan,  siapapun boleh melakukan seks bebas, asalkan setia dengan pasangannya  dan menggunakan kondom. Ga peduli itu dilakuin sebelum nikah ataukah  setelahnya. Istilahnya, dosa oke, tapi tertular AIDS, jangan. Emang  dasar solusi (tit)!! Sensor ya..
Sobat, masyarakat kita bakal jadi rusak berat kalo hal ini  diteruskan. Ya, cara berpikir yang salah akan menghasilkan perbuatan  yang salah juga. Pola pikir “misahin agama dari kehidupan” udah jadi  pedoman berpikir rekan-rekan kita saat ini. Agama memang ada, tapi cuma  ngatur kita pas di masjid dan forum pengajian. Soal pergaulan, itu lain  lagi. Soal berpakaian, kalo diatur agama, seakan-akan kuno dan ga  modern. Soal makanan, bila agama ngatur, seperti ga trendy, karena ga  bisa minum wisky atau sampanye. Dengan kata lain agama dicampakkan.  Agama diibaratkan sang pembikin ribet. Pake kerudung, ribet. Sholat lima  waktu, ribet. Pergaulan dijaga, ribet. Pokoknya serba ribet kalo diatur  ama agama. Dasar sombong loe!! Nah, kalo hal ini terjadi terus-menerus,  ga heran Allah SWT ngasih kita warning dengan penyakit HIV-AIDS yang  sampe saat ini belum ada obatnya. Itu juga bukti kalo Allah masih sayang  ama kita. Kita terus diingatkan oleh-Nya. Supaya kita segera berlari  tuk bertaubat pada-Nya. Ayo…!
Renungkanlah..!
Sobat, jangan salah tafsir lho. Kalo Allah SWT memberikan kita  kemampuan untuk berhubungan seksual. Tujuannya tuh untuk melestarikan  keturunan atau memperbanyak generasi. Bukan untuk pelampiasan naluri  semata. Setia pada pasangan, hanya bisa dibuktikan dengan tali yang kuat  berupa pernikahan. Jadi, buat sobat yang tak poenja nyali dan  kemampoean jangan berani-berani ingin melampiaskan.
Rosulullah bersabda : “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian  yang telah mampu memikul beban hendaklah ia segera menikah, karena hal  itu dapat menundukkan pandangan. Siapa saja yang belum mampu hendaklah  ia berpuasa karena hal itu dapat menjadi perisai”.
Hubungan seks dengan ikatan pernikahan merupakan hal yang mulia.  Sebaliknya, tanpa ikatan pernikahan adalah sebuah kehinaan. Apalagi kalo  ada penyimpangan hubungan seks. Hubungan seks, bukan untuk bermain-main  dan berkreasi, seni ataupun yang lain. Anehnya, atas nama HAM dan  kebebasan, kaum homoseksual dan lesbian dibiarkan merajalela dan  difasilitasi. Sungguh cara berpikir yang aneh dan nyleneh. Padahal sampe  sekarang, ga ada tuh hewan yang homo dan lesbi. Ini mah, manusia.  Bujubuset, itu orang apa “orang”.
Sobat, dalam Islam, sanksi yang tegas udah menanti buat dua kaum  tersebut. Dengan hukuman mati (dunia). Ya, mati. Itupun setelah  diberikan peringatan berulang-ulang untuk insaf dan taubat. Nah, kalo no  reken, ya gimana lagi. Sanksi kudu tetep jalan.
Rubahlah Hidupmu..!
Dr. Soewandjono Menkes tahun 1984 mengatakan “Kalau kita takwa pada  Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS”. Nah, kalo  kita ingin selamat dari AIDS maka kita musti bertakwa sama Allah SWT,  Sang Pencipta manusia yang mengetahui kelebihan dan kekurangan  ciptaannya, manusia.
Sejatinya HIV-AIDS bisa dibabat abis dengan merubah pemikiran kita  terlebih dahulu dan mengetahui bahwa bukan manfaat jasmani saja yang  menjadikan manusia bahagia. Sesungguhnya mencari keridloan Allah ta’ala  yang bisa bikin kita riang, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Apa  yang Allah ridloi, kita lakukan/kerjakan dan yang tidak diridloinya,  kita campakkan. Hal ini bakal terwujud dengan mudah jika kita awali  dengan tulus dan ikhlas. Bukan hanya nasib ODHA yang kita perhatikan.  Tetapi yang perlu diperhatikan adalah sistem kehidupan yang membuat  banyak penderitaan ODHA yaitu sistem sekulerisme. Sistem inilah yang  harus kita buang, dan diganti dengan sistem yang baru. Ya lagi-lagu kita  kudu berjuang menegakkan sistem Allah SWT, yang haq dan bersih dari  kejahatan. So, kembalilah sobatku, selama nafasmu masih ada, kembalilah  pada aturan yang diturunkan kepada Nabimu, Nabiyullah Muhammad SAW.