Kamis, 19 Mei 2011

Membendung HIV/AIDS

Sobat, mungkin ini teguran dari Allah atau azab buat kita, manusia yang sering banget ngelanggar aturan-Nya. Sehingga muncullah virus yang sangat ditakuti oleh tiap manusia. Ya, virus itu bernama HIV yang menjadikan seseorang menderita penyakit AIDS. Virus HIV yang merupakan kepanjangan dari Human Immuno-deficiency Virus dan AIDS kepanjangan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome merupakan virus yang amat sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Terlebih buat yang suka gaul bebas. Virus yang nyatanya menyerang anti body (sel darah putih) manusia ini ga bisa diobati untuk selamanya, kalo udah masuk ke dalam tubuh. Perlu sobat tahu sedikit bahwa selang sehari setelah hari AIDS sedunia Desember kemaren, Gerakan Pelajar DKI Jakarta (GPJ) mengadakan aksi simpatik berupa longmarch. Dalam press releasenya GPJ menyoroti penyebaran virus HIV/AIDS makin menggurita hingga mencapai 3.000 pada tahun 2007 (kabarindonesia.com). Memang, aksi tersebut merupakan secuil aja dari rangkaian opini pentingnya pencegahan HIV/AIDS. Mencegah lebih baik daripada mengobati bukan? Kalo sembuh sih gak apa-apa dan wajar. Lah kalo nggak?! Trus, salah satu opini yang didengungkan tentang pencegahan HIV/AIDS adalah pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara mencegah hubungan seksual secara bebas. Kenapa? Soalnya penularan virus mematikan ini menurut penelitian paling banyak dinjeksi melalui hubungan seksual. So menurut mereka, penularan HIV bisa dicegah dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual. Pake kondom, dan mencegah penggunaan jarum suntik yang berulang-ulang. Apa itu cukup??….
Coba deh sobat mikir sejenak. Memang benar, HIV itu muncul dari orang-orang yang suka gaul bebas dan gila berupa hubungan seks! Apalagi suka gonta-ganti pasangan (waduh…). Sedangkan pemakaian jarum suntik yang berulang, sering banget dijumpai ama pengguna narkoba yang beramai-ramai. Udah tau gitu masih aja ngedrugs, wong beli jarum suntik aja ga mampu. Capek deh. Bisa dikatakan, yang make narkoba tuh udah ga punya duit. So mereka “joinan” untuk melaksanakan hasrat dan kecenderungan ngonsumsi narkoba. Eeh, udah kecanduan, ternyata positif HIV. Istilahnya sudah jatuh tertimpa rumah (gubrak..!!). Dari pemikiran kita nih, solusi yang diopinikan ama organisasi di atas sebenarnya ga akan mampu nyelesein masalah HIV-AIDS yang ada. Karena masih bersifat tambal sulam, ga beresin problem yang muncul secara tuntas. Soalnya, akar dari problem berupa pergaulan bebas dan penggunaan narkoba masih belum tersentuh. Nah sobat, dua hal yang kita ungkap tadi moga bisa micu adrenalin kita untuk terus ngebaca buletin yang cakep ini. Ehm gimana? Enaknya sekarang kembali ke pembahasan HIV-AIDS, monggo dibaca kelanjutan kisahnya di bawah ini.
Petualang Sejati
Suatu perjalanan mengesankan pasti jadi idaman setiap insan. Seperti tamasya atau rekreasi. Tapi hal itu hanya terasa pada dirinya, bukan orang lain. Mereka akan bisa merasakan jika kita menceritakan dengan baik apa yang kita rasakan. Tetapi jarang sekali suatu perjalan panjang ga melelahkan. Hanya seseorang yang handal dan berstamina yang bisa menjadi petualang sebenarnya. Apalagi menjadi sorotan dunia. Seperti itulah HIV/AIDS. Sebuah penyakit yang udah mampu menjadi sorotan utama. Perlukah kita acungkan jempol dua padanya. Dan patutkah? (ouw, just a moment please). Sebelum mengarah kesana, paling ngga kita kudu tahu asal muasal virus ini muncul di dunia. Nah, asal mula HIV-AIDS emang ga jelas. Menurut perkiraan HIV melakukan ‘perjalanan’ pertama kali di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981 (djong.org). Pendapat lain yang dirilis di sebuah situs resmi milik Departemen Kesehatan menyebutkan, pada tahun 1969 dilaporkan bahwa di sub-Sahara Afrika ditemukan darah yang pada tahun 1950 terbukti positif HIV. Kemungkinan yang ketiga yaitu pada tahun 1980 dilaporkan di Amerika, bahwa darah tahun 1969 positif (depkes.go.id). Pada akhirnya, disepakati tanggal 5 Juni 1969 sebagai awal mula kasus HIV/AIDS muncul. Walhasil sobat, di tahun 1983 virus HIV berkunjung ke Indonesia dan terdeteksi oleh Dr. Zubairi dalam tubuh 2 waria yang terinfeksi. Tahun 1990 DepKes menyebutkan infeksi HIV di Indonesia ada 9 kasus. Tahun 1991 ada 18 kasus, 1992 ada 28 kasus, 1993 ada 137 kasus, 1994 ada 257 kasus, 1995 ada 364 kasus, 1996 ada 449 kasus dengan kelompok terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%), kelompok wanita 27%. Kelompok usia produktif (15-19) mencapai 87%. Bahkan di tahun 1997 ada 619 kasus infeksi HIV. Ngomong-ngomong sobat, ini hanya catatan resmi, sedangkan masih banyak orang yang belum terdeteksi. Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005. Ini Indonesia punya lho…. Trus kalo dunia gimana? Lain lagi ceritanya bro. Menurut UNAIDS sampe dengan akhir 1995, jumlah ODHA (Orang terkena HIV/AIDS) di dunia telah mencapai 28 juta. 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari aja terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang (djong.org). Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Ingat sobat ini bukan dinosaurus, ini manusia lho. Yup, jutaan nyawa udah melayang. Akibat HIV/AIDS. Virus ini telah menjadi penyebab kematian utama di AS, Afrika, dan Thailand. Lalu, pola infeksi secara global sekitar 90% kasus ada di negara berkembang. Cukup menjadi perhatian dunia. Tapi, ga usah silau dengan gemilangnya penyebaran HIV/AIDS. Sebenarnya HIV/AIDS itu ga ada hebatnya, kalo ga ada dukungan dari perbuatan manusia yang menyimpang, khususnya seks bebas. Ya, perbuatan manusia ini udah jauh menyimpang dari akal sehat. Intinya HIV-AIDS adalah “hadiah” yang pasti kita dapat dengan sendirinya. Kalo kita nerusin pola hidup dengan gaul yang ga sehat. Iya kan..
Sadarilah!!
AIDS belum ada obat penyembuhnya dan vaksin pencegahnya. AIDS bisa menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Manusia yang mempunyai risiko tertinggi adalah homoseksual, heteroseksual, promiskuitas, pengguna jarum suntik dan petualang free seks. Sesungguhnya jalan keluar yang selama ini kita lihat di iklan TV, aksi simpatik, koran, majalah, dan lainnya, belum mengena. Solusi tadi ga akan bisa mencegah bahkan ga mungkin mampu mengurangi kasus HIV. Berapa banyak tema seminar setiap tahun dilontarkan. Dan hasilnya menjadi bahan penelitian bertahun-tahun, tapi faktanya penderita positif HIV makin bertambah berkali-kali lipat. Solusi setia dengan pasangan ternyata juga ga membawa hasil. Apalagi pencegahan penggunaan jarum suntik berulang oleh pemakai narkoba. Solusi kuno, yang seolah-olah para penggunanya, masih aja sengaja dipersilahkan makai narkoba. Asal jarumnya steril. Sama saja kita mengeluarkan mereka dari sarang harimau dan memasukkan mereka ke sarang buaya. Wah dedel duwel tuh. Inilah kenyataannya. Belum lagi opini pelegalan pergaulan bebas. Iklan di media seakan-akan menyiarkan, siapapun boleh melakukan seks bebas, asalkan setia dengan pasangannya dan menggunakan kondom. Ga peduli itu dilakuin sebelum nikah ataukah setelahnya. Istilahnya, dosa oke, tapi tertular AIDS, jangan. Emang dasar solusi (tit)!! Sensor ya..
Sobat, masyarakat kita bakal jadi rusak berat kalo hal ini diteruskan. Ya, cara berpikir yang salah akan menghasilkan perbuatan yang salah juga. Pola pikir “misahin agama dari kehidupan” udah jadi pedoman berpikir rekan-rekan kita saat ini. Agama memang ada, tapi cuma ngatur kita pas di masjid dan forum pengajian. Soal pergaulan, itu lain lagi. Soal berpakaian, kalo diatur agama, seakan-akan kuno dan ga modern. Soal makanan, bila agama ngatur, seperti ga trendy, karena ga bisa minum wisky atau sampanye. Dengan kata lain agama dicampakkan. Agama diibaratkan sang pembikin ribet. Pake kerudung, ribet. Sholat lima waktu, ribet. Pergaulan dijaga, ribet. Pokoknya serba ribet kalo diatur ama agama. Dasar sombong loe!! Nah, kalo hal ini terjadi terus-menerus, ga heran Allah SWT ngasih kita warning dengan penyakit HIV-AIDS yang sampe saat ini belum ada obatnya. Itu juga bukti kalo Allah masih sayang ama kita. Kita terus diingatkan oleh-Nya. Supaya kita segera berlari tuk bertaubat pada-Nya. Ayo…!
Renungkanlah..!
Sobat, jangan salah tafsir lho. Kalo Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk berhubungan seksual. Tujuannya tuh untuk melestarikan keturunan atau memperbanyak generasi. Bukan untuk pelampiasan naluri semata. Setia pada pasangan, hanya bisa dibuktikan dengan tali yang kuat berupa pernikahan. Jadi, buat sobat yang tak poenja nyali dan kemampoean jangan berani-berani ingin melampiaskan.
Rosulullah bersabda : “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu memikul beban hendaklah ia segera menikah, karena hal itu dapat menundukkan pandangan. Siapa saja yang belum mampu hendaklah ia berpuasa karena hal itu dapat menjadi perisai”.
Hubungan seks dengan ikatan pernikahan merupakan hal yang mulia. Sebaliknya, tanpa ikatan pernikahan adalah sebuah kehinaan. Apalagi kalo ada penyimpangan hubungan seks. Hubungan seks, bukan untuk bermain-main dan berkreasi, seni ataupun yang lain. Anehnya, atas nama HAM dan kebebasan, kaum homoseksual dan lesbian dibiarkan merajalela dan difasilitasi. Sungguh cara berpikir yang aneh dan nyleneh. Padahal sampe sekarang, ga ada tuh hewan yang homo dan lesbi. Ini mah, manusia. Bujubuset, itu orang apa “orang”.
Sobat, dalam Islam, sanksi yang tegas udah menanti buat dua kaum tersebut. Dengan hukuman mati (dunia). Ya, mati. Itupun setelah diberikan peringatan berulang-ulang untuk insaf dan taubat. Nah, kalo no reken, ya gimana lagi. Sanksi kudu tetep jalan.
Rubahlah Hidupmu..!
Dr. Soewandjono Menkes tahun 1984 mengatakan “Kalau kita takwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS”. Nah, kalo kita ingin selamat dari AIDS maka kita musti bertakwa sama Allah SWT, Sang Pencipta manusia yang mengetahui kelebihan dan kekurangan ciptaannya, manusia.
Sejatinya HIV-AIDS bisa dibabat abis dengan merubah pemikiran kita terlebih dahulu dan mengetahui bahwa bukan manfaat jasmani saja yang menjadikan manusia bahagia. Sesungguhnya mencari keridloan Allah ta’ala yang bisa bikin kita riang, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Apa yang Allah ridloi, kita lakukan/kerjakan dan yang tidak diridloinya, kita campakkan. Hal ini bakal terwujud dengan mudah jika kita awali dengan tulus dan ikhlas. Bukan hanya nasib ODHA yang kita perhatikan. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah sistem kehidupan yang membuat banyak penderitaan ODHA yaitu sistem sekulerisme. Sistem inilah yang harus kita buang, dan diganti dengan sistem yang baru. Ya lagi-lagu kita kudu berjuang menegakkan sistem Allah SWT, yang haq dan bersih dari kejahatan. So, kembalilah sobatku, selama nafasmu masih ada, kembalilah pada aturan yang diturunkan kepada Nabimu, Nabiyullah Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar